Pages - Menu

Khutbah Jumat tentang Dosa dan Cara Taubatnya

contoh khutbah jumat pilihanTak diragukan lagi bahwa rentang perjalanan hidup manusia didunia ini sudah dipastikan pernah berbuat dosa akibat kesalahan yang dilakukan kepada Allah, keluarga atau kepada sesamanya. Sebaik-baik manusia adalah dia yang mampu memperbaiki kesalahannya dengan cara bertaubat kepada Allah swt. Taubat dalam arti sesungguhnya yakni menyesal atas perbuatan dosa yang dilakukan dan berjaji dalam hati tidak mengulangi lagi dosa yang sama atau lebih dikenal dengan taubat nasuha.

Perbuatan dosa yang satu dengan dosa yang lainnya memerlukan cara taubatnya pun berbeda, sesuai dengan kepada siapa ia berbuat dosa. Berbuat dosa kepada Allah tentu taubatnya berbeda dengan dosa akibat berdosa kepada dirinya sendiri atau kepada sesama manusia. Oleh sebab itu diperlukan ilmunya tentang taubat yang benar, setap perbuatan memerlukan ilmu, tidak terkecuali bertaubat. Agaknya tidak berlebihan sya’ir Ibn Ruslan yang mengatakan bahwa beramal tanpa ilmu yang benar maka amalnya tertolak (mardud) begitu juga sebaliknya mengetahui kebenaran tanpa diamalkan maka pengetahuannya hanya berupa seonggok pengetahuan saja sama sekali tidak ada manfaatnya.

Hadirin Sidang jumat rahimakumullah..
Perbuata dosa berdasarkan kepada siapa kesalahan tersebut dilakukan, dosanya dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu dosa kepada Allah, kepada dirinya dan dosa kepada orang lain. dari ketiga dosa tersebut  yang paling sulit cara bertaubatnya adalah dosa yang terakhir yakni dosa yang menyangkut kesalahan kepada sesama.

Marilah kita pahami satu persatu sebagai kepedulian kita untuk menghindarinya agar tidak terjerumus dalam sebuah kesalahan satupun.

Pertama, dosa kepada Allah a-sich, yaitu dosa karena melanggar larangan atau tidak melaksanakan perintah Allah, seperti sholat, puasa dan lain-lain. Padahal dengan jelas Allah memerintahkan mendirikan sholat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa`: 103) begitu juga dengan puasa wajib.

Cara bertaubat dari dosa-dosa kepada Allah seperti di atas, cara bertaubat nya ialah membayar (qadha) kewajiban yang ditinggalkan tersebut, disertai dengan penyesalan mendalam dan berjanji seteguh hati tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi, itulah yang disebut dengan taubat nasuha seperti pada khutbah yang telah lalu.

Kedua, dosa kepada Allah namun secara bersamaan dosa tersebut juga ada kaitannya dengan dosa kepada dirinya sendiri. Sebut saja perbuata mabuk, mabuk adalah perbuatan dosa, sebab melanggar larangnan Allah namun secara bersamaan juga termasuk perbuatan dosa karena menganiaya terhadap dirinya sendiri. Untuk terbebas dari perbuatan dosa model seperti ini cara bertaubatnya harus segera berhenti dari perbuatan dosa tersebut seraya memohon ampunan kepada Allah. Apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh insyaallah Allah akan mengampuninya.

Allah maha menerima taubat hambanya, tetapi tidak boleh dijadikan sebuah papan pantul alasan seseorang untuk melakukan perbuatan dosa. kemudian bertaubat lalu melakukan dosa lagi begitu seterusnya karena Allah berfirman di Dalam al Qur’an

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

"Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". (An-Nisa:17)

Dalam ayat tersebut di atas, jelas dan lugas mengatakan bahwa taubat yang diterima Allah adalah taubat atas  perbuatan dosa lantaran pada saat melakukannya dalam kondisi bi jahalatin (tidak mengerti), kemudian pada saat mengerti bahwa perbuatannya tersebut berdosa, maka seketika itu bertaubat. Dengan kesigapan taubat seperti ini insyaallah taubatnya diterima secara otomatis oleh Allah swt, sebab Allah maha bijaksana. Hal ini tentu berbeda dengan taubat seseorang yang melakukan perbuatan dosa dengan kesadaran penuh. Alih alih "Allah maha pengampun" dijadikan landasan bagi sebagian orang untuk melakukan dosa, menganggap remeh karena berdalih bahwa Allah Maha Pengampun. Sungguh logika ini sama sekali tidak berdasar.

Dosa yang ketiga, dosa kepada orang lain, dosa kepada orang lain. Perbuatan dosa ini menjadi dosa yang sangat sulit untuk diampuni oleh Allah, karena cara bertaubatnya melalui beberapa tahap, yak tahap pertama dengan meminta maaf kepada yang bersangkutan, keumudian memohon ampunan kepada Allah. Tanpa memohon kepada yang bersangkutan mustahil Allah mengampuninya.

Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu” (HR. Bukhari)

Namun demikian al Qur’an sangant menganjurkan kepada sesama untuk memaafkan dosa sesama yang teraniaya akibat ulahnya, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Taghabun [64]:17 )

Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah
Dosa kepada sesama bisa terjadi beraneka ragam, ada yang terkait dengan harta, kehormatan, keluarga dan dosa-dosa yang berkaitan dengan agama. 

Apabila dosa yang mempunyai kaitan dengan harta, entah mencuri, menipu merampas secara paksa atau mungkin korupsi maka cara bertaubatnya harus mengembalikan seuruthnya harta tersebut kemudian memohon maaf baru kemudian minta ampunan kepada Allah. Alangkah sulitnya bagi sang koruptor yang banyak melibatkan insan-insan lain untuk meminta maaf. Sungguh koruptor adalah prilaku yang kotor. Bahkan taubatnya pun sulit dan rumit step yang harus dilalui

Dosa yang menyangkut kehormatan, sebelum taubat kepada Allah untuk mengetuk pintu ampunannya, terlebih dahulu harus mengutarakan kepada yang bersangkutan sekaligus meminta kerelaannya untuk dima’afkan, barulah memohon kemudian menapaki jalan permohonan ampun kepada Allah. Tanpa meminta maaf kepada yang teraniaya maka amal kebaikannya kelak akan ditukar dengan dosa orang-orang yang dianiaya.

Dosa yang ada hubungan dengan keluarganya, mungkin pernah berbohong kepada anak, isteri, orang tua harus meminta kerelaannya terlebih dahulu sebelum memohon ampunan kepada Allah. Begitulah agama Islam sangat menghormati muru’ah orang lain sampai ke anggota keluarganya sendiri yang notabenenya dalam penguasannya tetapi masih harus dijaga dan dihormati. Disnilah sisi kejujuran terhadap siapapun harus ditegakkan meskipun kepada keluarganya sendiri.

Dosa kepada orang lain yang menyangkut agama adalah, pentakfiran, pembid'ahan pada masalah masalah furu'iyah, yang mana di dalamnya masih ada perdebatan. DEngan membid'ahkan dan menyesatkan yang lain mengakibatkan kehormatan seseorang terkurangi dimata orang lain, meski tidak dimata Allah swt. Terkecuali ada motif lain, seprti meluruskan akidah atau sejenisnya

Mudah-mudahan kita semua bukan termasuk korang-orang yang mushirruna bidz-dzanbi amiiin